Puisi Emily Dickinson dan Terjemahannya

puisi emily dickinson dan terjemahannya 12951

Emily Dickinson adalah salah satu penyair paling terkenal di dunia. Ia adalah seorang penyair Amerika yang lahir pada 1830 dan meninggal pada 1886. Puisi-puisi yang ditulisnya dipuji karena mereka penuh dengan makna yang mendalam. Terutama, puisi-puisi ini memiliki makna yang kuat dalam konteks spiritual. Beberapa puisi telah diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Berikut ini adalah beberapa puisi Emily Dickinson dan terjemahannya.

Puisi ‘The Soul Selects Her Own Society’

Puisi 'The Soul Selects Her Own Society'

Puisi ini bercerita tentang bagaimana jiwa kita memilih sendiri seperti apa orang lain yang kita temui. Puisi ini berkata bahwa jiwa kita memilih orang yang tepat untuk menghibur dan mendukung kita. Berikut adalah puisi asli dan terjemahannya ke bahasa Indonesia:

“The Soul selects her own society
Jiwa memilih sendiri persahabatannya
Then shuts the door;
Lalu menutup pintunya;
On her divine majority
Karena mayoritas ilahinya
Obtrude no more.
Tidak ada yang boleh mengintruduksi lagi.”

Terjemahan:
“Jiwa memilih sendiri persahabatannya
Lalu menutup pintu;
Karena mayoritas ilahinya
Tidak ada yang boleh mengintruduksi lagi.”

Puisi ‘I Died For Beauty’

Puisi 'I Died For Beauty'

Puisi ini merupakan salah satu puisi paling terkenal dari Emily Dickinson. Puisi ini bercerita tentang bagaimana seseorang bisa mati untuk keindahan. Puisi ini menyampaikan bahwa seseorang bisa mengorbankan hidupnya untuk melihat keindahan yang baik. Berikut adalah puisi asli dan terjemahannya ke bahasa Indonesia:

“I died for beauty—but was scarce
Aku mati untuk keindahan—tapi hampir
Adjusted in the tomb.
Tidak disiapkan di kuburan.
When One who died for truth was lain
Ketika seseorang yang mati untuk kebenaran dimakamkan
In an adjoining room.
Di ruangan berdampingan.”

Terjemahan:
“Aku mati untuk keindahan—tapi hampir
Tidak disiapkan di kuburan.
Ketika seseorang yang mati untuk kebenaran dimakamkan
Di ruangan berdampingan.”

Puisi ‘I Never Saw a Moor’

Puisi 'I Never Saw a Moor'

Puisi ini bercerita tentang bagaimana seseorang tidak pernah melihat sebuah padang rumput yang luas. Puisi ini merupakan salah satu puisi paling populer dari Emily Dickinson. Puisi ini menyampaikan bahwa selalu ada hal yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Berikut adalah puisi asli dan terjemahannya ke bahasa Indonesia:

“I never saw a moor,
Aku tak pernah melihat padang rumput yang luas,
I never saw the sea;
Aku tak pernah melihat lautan;
Yet know I how the heather looks
Namun aku tahu betapa indahnya heather
And what a wave must be.
Dan apa arti ombak itu.”

Terjemahan:
“Aku tak pernah melihat padang rumput yang luas,
Aku tak pernah melihat lautan;
Namun aku tahu betapa indahnya heather
Dan apa arti ombak itu.”

Puisi ‘The Brain is Wider Than the Sky’

Puisi 'The Brain is Wider Than the Sky'

Puisi ini bercerita tentang bagaimana otak kita lebih luas daripada langit. Puisi ini menyampaikan bahwa otak kita mampu menampung lebih banyak hal daripada yang bisa dilihat langit. Berikut adalah puisi asli dan terjemahannya ke bahasa Indonesia:

“The brain is wider than the sky,
Otak lebih luas daripada langit,
For, put them side by side,
Karena, letakkan keduanya berdampingan,
The one the other will contain
Yang satu akan menampung yang lainnya
With ease, and you beside.”
Dengan mudah, dan kamu juga.”

Terjemahan:
“Otak lebih luas daripada langit,
Karena, letakkan keduanya berdampingan,
Yang satu akan menampung yang lainnya
Dengan mudah, dan kamu juga.”



Puisi-puisi Emily Dickinson telah diterjemahkan ke banyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Puisi-puisi tersebut memiliki makna yang kuat dan penuh dengan makna yang mendalam. Puisi-puisi ini menyampaikan bahwa seseorang bisa mengorbankan hidupnya untuk melihat keindahan, otak lebih luas daripada langit, dan jiwa memilih sendiri persahabatannya. Dengan demikian, puisi-puisi Emily Dickinson masih relevan hingga saat ini karena mampu menyampaikan pesan-pesan yang berharga bagi manusia.

You May Also Like

About the Author: Moh Akbar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *